Pernahkah Anda mendengar bakteri Agrobacterium tumefaciens? Mungkin
sebagian besar dari Anda baru pertama kali mendengarnya, tapi Anda dapat
menebak bahwa bakteri ini berhubungan dengan pertanian. Ya benar, lebih
tepatnya A. tumefaciens berkaitan
dengan rekayasa genetika pada tumbuhan. Saat ini bioteknologi modern sedang
banyak dibicarakan, salah satunya adalah rekayasa genetika. Tujuan utama
bioteknologi modern ialah untuk membuat sel hidup melakukan tugas khusus yang
bermanfaat dengan cara yang dapat diperhitungkan dan dikontrol.
Lalu bakteri seperti apakah Agrobacterium tumefaciens itu? A. tumefaciens
merupakan bakteri tanah gram positif yang bersifat fitopatogen pada
tanaman yang habitat alaminya di dalam
tanah. Berbentuk batang, berukuran 0.6-1.0 µm
sampai 1.5-3.0 µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan.
Bakteri yang mudah bergerak (motile)
dan memiliki 1-6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri
tak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25-28◦C.
Kumpulan bakteri ini biasanya berbentuk cembung,
bulat, lembut, dan tak berpigmen.
Peran Agrobacterium sangat besar dalam menghasilkan
tanaman yang dimodifikasi untuk mendapatkan sifat yang diinginkan. Peran
Agrobacterium dalam hal ini ialah sebagai pembawa gen (Vektor) yang diinginkan.
A. tumefaciens ini banyak menyebabkan penyakit crown gall (tumor) pada tanaman
dikotil. Bakteri ini menginfeksi melalui bagian yang luka pada batang tanaman
dan mengakibatkan tumor pada daerah sekitar akar dan batang tanaman.
Kemampuannya dalam menyebabkan penyakit ini berhubungan dengan gen penginduksi
tumor yang ada pada plasmid (Ti) yang dijumpai dalam bakteri tersebut. Dalam
sel tumor yang terbentuk terkandung enzim- enzim yang tidak terdapat pada
tanaman normal, karena enzim tersebut hanya dihasilkan oleh sel Agrobacterium.
Enzim-enzim tersebut menghasilkan suatu senyawa gula spesifik yang dinamakan
opin. Sehingga bakteri ini hanya digunakan saat ingin dilakukan rekayasa
genetika pada tanaman, tentunya oleh ilmuwan yang ahli dibidang tersebut.
Tanaman rekayasa ini lebih menguntungkan bagi petani
maupun pembeli. Karna tanaman rekayasa genetik ini seperti tanaman aslinya,
hanya saja ia memiliki sifat-sifat tertentu (sifat unggulan) sehingga tanaman
rekayasa genetik lebih baik.
Daftar Pustaka
Di
akses pada 4 Juni 2015 pukul 15.45 WIB.
Di
akses pada 4 Juni 2015 pukul 15.15 WIB.
Di akses pada 4 Juni 2015 pukul
15.30 WIB.